NAMA : FAZASOKHI GIAWA
KELA : MALAM
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA
Secara umum, pengertian budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Secara bahasa, kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi dimana artinya adalah segala hal yang berhubungan dengan budi dan akal manusia. Dalam hal ini, budaya sangat berkaitan dengan bahasa atau cara berkomunikasi, kebiasaan di suatu daerah atau adat istiadat.
Proses terbentuknya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor pendorong maupun faktor penghambat. Sesuai dengan pengertian budaya, berikut ini adalah beberapa faktor tersebut:
1. Faktor Pendorong Terjadinya Budaya
· Niat masyarakat untuk melestarikan budayanya.
· Adanya gererasi penerus yang mau meneruskan suatu budaya.
· Adanya rasa cinta terhadap budaya di dalam diri manusia.
· Keinginan masyarakat untuk menjaga kelestarian suatu budaya agar tidak hilang.
· Terjadinya perubahan lingkungan hidup yang mendukung berkembangnya suatu budaya.
2. Faktor Penghambat Terjadinya Budaya
· Masuknya budaya asing yang kemudian menggeser eksistensi budaya lokal.
· Masyarakat tidak memiliki keinginan untuk melestarikan suatu budaya.
· Generasi penerus yang sudah tidak perduli dengan keberadaan suatu budaya.
· Adanya anggapan bahwa budaya tertentu sudah kuno sehingga tidak ada keinginan untuk melestarikannya.
Mendeskripsikan budaya yang ada di daerah sekitar
Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis analisis wacana untuk mengulas dan membahas tarian Maena yang dilakukan pada upacara perkawinan adat suku Nias di Sumatera Utara.
Maena adalah tarian budaya yang melibatkan banyak peserta. Hampir semua orang Nias mampu melakukan jenis tarian ini karena mudah dipelajari dan memiliki pola gerakan yang sederhana. Sebagai produk budaya, Maena adalah tanda wacana dengan kandungan bentuk dan makna simbolik. Sehingga, analisis dilakukan dengan pendekatan semiotika dan wacana. Hasilnya, Maena bukan hanya tarian belaka. Selain menjadi alat literasi yang kuat, Maena juga menjadi sebuah identitas dalam struktur budaya suku Nias yang melekat dalam cara hidup bermasyarakat, yang membawa pesan-pesan moral untuk tujuan edukasi dan transformasi paradigma di satu sisi serta kritik sosial pada sisi lainnya. Maena memenuhi tanda sebagai sebuah signifying order yang diterima masyarakat yang dalam kacamata semiotika mengandung unsur ekspresif dan emotif.
HOMBO BATU (LOMPAT BATU/STONE JUMPING)
Lompat batu (hombo batu) merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari).Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur , di mana pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka melatih diri mereka agar kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk dilompati.Seiring berkembangnya jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya.Karena jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga sebagai simbol budaya orang Nias.Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum.Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter.Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut.Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita